.

.

Rabu, 01 Februari 2012

[Cerpen] Wegen eines Buchs

Hentakan yang cukup keras lututku yang beradu dengan lutut seorang cowok seumurku di dalam sebuah angkutan umum yang padat, membuyarkan lamunan yang sejak tadi merasukiku. Ingin rasanya aku marah, tapi setelah beberapa saat terkesima, ia mengucapkan permintaan maaf dari bibirnya yang mungil. Oh, damn. Aku memaafkanmu, Charming Prince!

Setelah itu aku menjadi segan untuk menatapnya. Namun dengan munafik, aku berusaha mencuri pandang. aku tidak sedang menikmati wajahnya yang cukup manis, aku hanya penasaran dengan buku yang ia pegang. Bukan untuk mencari tahu siapa namanya, melainkan penasaran dengan judul buku itu.

"G-r-a-m-m...", aku mengeja sebuah tulisan besar itu tanpa suara. Huh, judulnya tertutup oleh tangannya yang berwarna agak gelap.
Pip-pip-pip!
Telepon genggamnya berbunyi. Yeah, akhirnya! Aku langsung mebaca judul itu : Deutsche Grammatik. Tak lama, ia menutup pembicaraan di telepon dan tiba-tiba menoleh ke arahku. Takut ketahuan memperhatikan, aku pura-pura menguap saja. Jurus ampuh!

Setengah jam berlalu saat aku terbangun dari tidurku. masih belum 100% sadar, aku mengerjap-ngerjapkan mata sambil melihat ke depan. Tak ada dia. Pasti dia sudah turun sejak tadi.
"Kiri, Bang!", teriakku.
Saat aku merogoh kantong celanaku yang sempit, tak ku temukan uang terakhir yang ku miliki. baru saja aku akan meminta maaf pada sopir angkutan itu, tapi ia terlebih dulu berkata, "Ongkosnya udah dibayar ama temennya, Neng."
"Yang mana, Bang? Orang saya 'nggak bareng temen." Aku bertanya dengan wajah bingung.
"Temennya cowok, yang bawa-bawa buku."
"Oh, yang bibirnya mungil ya, Bang?"
"Ye, mana saya merhatiin!", pekiknya sambil injak gas.
Oke, sekarang aku ingin tahu siapa namanya. Mungkin suatu saat aku bisa mengganti uangnya itu.

Tidak ada komentar: