.

.

Senin, 28 Maret 2011

Ich will nur sagen


Ya Tuhan, aku tak membencinya, tapi entah mengapa aku cemburu saat tau dia bagaimana. Dia memang sama sepertiku, tapi tetap saja aku sedih. Bukan karna aku egois, tapi karna ku takut dia masih mencintai seseorang. Apakah aku hanya pelampiasan? Apakah aku selalu ditakdirkan utnuk memilik perasaan yang lebih besar d banding rasa yg d miliki pasanganku? Apakah aku harus memaki? Ataukah ku harus mengunci mulut dan terpaku, merasakan sakitnya cemburu?


Aku rindu hangat genggamannya. Apakah dia juga begitu? Ingin rasanya ku memeluknya, namun ku tak kuasa. saatku belai rambutnya yang hitam, hatiku sakit. Sakit. Tapi ku slalu ingin membelainya, aku ingin memeluknya erat dan membiarkannya mendengar suara jantung ini, mendengar suara hati ini, bahwa aku mencintainya. Meskipun mungkin aku belum memiliki seluruh hatinya, dan hanya bisa buatkan lagu2 untuknya. Meskipun raga ini bukan yang pertama untuknya, dan meskipun raganya juga bukan yang pertama untukku.

Terkadang ragu itu kembali muncul. Seringkali kepercayaan diri itu hilang. Beberapa kali ku rasakan panas hati yang orang katakan sebagai cemburu, tersulut dalam dadaku. Dia bukan yang pertama untukku, dan aku bukan yang pertama untuknya. Dan hal itu membuatku bertanya, apakah aku satu-satunya d hatinya?
Cemburu itu datang, dan pergi sekejap mata. ketika ku ingat masa laluku yang suram, ku sadarcemburu tnpa fakta adalah suatu ketidakpentingan. Ku ingin lihat apa yang dia lakukan saja. Aku percaya dia.
Setelah 3 tahun penuh siksa itu ku jalani, ku rasa hatiku sudah bermutasi. Dahulu ku hanya pencemburu yang keliru. Kini, ku biarkan semua mengalir. Meskipun aku tak sebaik dulu, tapi ku ingin menjadi air yang menyejukkannya. Mengalir dengan bebas, ringan, dan jernih. Ku ingin transparan seperti air, dan ku harap dia juga begitu.

Aku percaya dia.

Tidak ada komentar: